Pengalaman Sunat Termanis
Sunat adalah perbuatan yang di wajibkan di dalam umat islam, dan juga baik untuk kesehatan. Ngomong-ngomong tentang sunat, musim sunat sering kita temui di dalam hari-hari libur sekolah dan hari yang menjelang ramadan seperti yang waktu dekat ini. Kalau sunat itu banyak yang menyukai dan banyak lagi yang tidak menyukai tentang sunat ini. Misalnya kalau banyak yang menyukai sunat anak-anak yang pemberi atau yang mau di kasih hadiah dulu baru mau di sunat, ada juga yang di takuti seperti kalau tidak di sunat itu nantinya anu-anu nya dis sunat pakai kapak. Kalau anak-anak yang tidak mau di sunat adalah anak-anak yang sering di kasih mitos atau di takuti, seperti kalau sunat itu sakit, kalau nanti dokter nya tampang nya sangar bisa sunat 2 kali. Kalau sunat 2 kali habis nanti ujungnya.
Kalau saya sih orangnya agak pemberani tidak takut di sunat, aah sunat itu kecil cuman di potong anu-anu nya saja. Dan saya orang yang agak pemberani alias penakut. saya sih bukan karena saya di takut kan tapi pertama.
Waktu saya sunat pertama di rumah waktu kelas 1 SD karena saya orangnya penasaran saya akan mencoba sunat itu bagaimana.
Waktu itu saya mau rasanya disunat dan saya ditanya sama orang tua, "bagaimana kita besok sunat, enak loh disunat " saya angguk-angguk saja. karena teman-teman saya belum ada yang disunat, dalam pikiran saya nanti orang pertama disunat di antara teman-teman saya itu suatu ke banggan.
Besok harinya, pagi nya saya sangat semangat dengan sunat hari ini, karena biasanya tradisi di desa saya kalau sunat di rumah saja. Sambil menunggu siang menjelang sore, saya menunggu dokter untuk ke rumah. Dokter yang di panggil kemarin datang juga waktu itu masih tenang-tenang saja, dokter lagi mempersiapkan alat-alat untuk sunat. Detik-detik ini membuat saya grogi tidak tau karena apa dan pandangan dokter dengan saya sangat lain, saya tau apa yang akan dokter bilang dengan saya. Ada 2 kemungkinan dokter ini mau bilang apa :
1. "baik lah sekarang sudah siap tolong buka celananya"
2. "jangan takut, sebentar saja ini tidak akan sakit"
kata-kata itu saja yang ada di dalam pikiran saya, dokter akan mengucapkan kata-kata "nak tolong ambil air 1 ember" ternyata tebakan saya salah, saya pun menuju ke kamar mandi. Sesudah menuju ke kamar mandi dengan membawa 1 ember air, saya menuju ke ruang tengah tempat saya akan di sunat. disana lah saya mulai terasa panik dan jantung saya drop saya melihat banyak sekali tetangga yang di ruang tengah itu. Ini bukan acara untuk di tonton, pada saat itu lah saya takut. Banyak sekali saya mendengar ucapan-ucapan yang menakuti saya. Waktu itu saya mulai merasa sangat takut, dan dokter mau mulai mengambil jarum suntik dan di isi cair yang di nama kan bius. Dokter mengetes jarum suntik itu dengan cara menekan jarum suntik dengan menghadap ke atas, dokter itu berkata " siap " dan saya pun menangis ketakutan se kencang-kencangnya dan ada pula yang memegang kaki saya untuk di tahan. Dengan itu saya melawan, menendang, dan menangis semampu saya. Dengan itu dokter itu mengatakan nampaknya anak ini belum bisa di sunat. saya pun senyum-senyum dalam hati biar orang tidak tahu saya lagi merasa sangat senang.
Dengan kejadian itu liburan semester 1 waktu kelas 2 SD saya tidak jadi di sunat. Hari demi hari telah berlalu hari ramadan pun datang ada sanak keluarga saya dari kuala tungkal pulang kampung namanya Ari Davidson, dia adalah abang dari keluarga nenek dari ayah bisa di bilang sepupu. karena waktu itu bang David itu tidak salah ramadan ini akan mengadakan sunatan untuk pulang kampung ini, sebelumnya saya tidak tahu kalau ramadan ini bang david akan sunat. Tibalah hari bang David akan sunat, nenek saya juga mengajak saya untuk sunat pada hari itu, karena biar tidak di bilang penakut saya katakan saja.
"cucu sekalian saja sunatan sama bang David ya, tenang saja biar nenek bayar sunat kamu tinggal duduk masin saja"
"iya nenek, nenek bayar kan"
Waktu itu saja juga di suruh untuk tidur di rumah nenek, karena malamnya saya di suruh untuk berenang karena malam ramadan kan rami banyak teman dan di kasih uang jajan, saya berpikir ini pasti modus. Esok pagi saya sengaja untuk bangun pagi-pagi karena saya akan melakukan misi yang sangat berat. Misinya adalah kabur dari rumah nenek dan sore pulang lagi kerumah nenek. Misi saya pun berhasil dan saya duduk di rumah teman, di rumah teman saya akan merangkai kata-kata untuk pulang nanti biar pulang nanti tidak ada yang marah.
Alasan saya nanti kalau ditanya seperti ini.
"cucu kemana saja tadi kok tidak ada dirumah"
"maaf nek saya tadi main sama teman, lagi asik-asik jadi lupa bagaimana bang David nek sudah di sunat"
itu lah modus yang akan saya keluar kan, sampai di rumah suasana hening tidak ada satu pun suara di rumah, di lihat di ruang dekat tv nampak bang David sedang tidur. Di dapur tidak ada satu pun ada orang mungkin nenek pergi ke pasar, mak wo juga tidak ada di rumah, tidak salah mak wo pergi kemana tidak tau bilang nya kemarin. mak wo ibunya bang David, sambil menunggu orang pulang dari rumah sambil nonton tv. saya mendengar ada orang yang membuka pintu mungkin nenek atau mak wo pulang, saya langsung bergegas untuk pura-pura tidur. Biar nanti nya tidak di kena marah. Dengan pura-pura nya saya tidur, saya pun tertidur pulas dan sampai nya terbangun jam 7 malam, saat itu saya tidak akan mengungkit kan masalah tenang sunat saat itu tidak ada yang satu pun mulut yang membahas tentang sunat.
Sudah 2 kali tidak pernah jadi sunat, hari-hari terus berlalu sampai lah untuk liburan untuk semester 2 kelas 2 SD, saat itu saya juga bersujud syukur alhamdulilah saya naik kelas ke kelas 3 SD, pada semester 2 itu banyak teman yang mengadakan sunat. Waktu itu saya yakin akan mengadakan sunat, saya dan teman-teman mengadakan sunat bersama-sama tapi bukan di satu tempat tapi sunat di rumah sendiri, berarti dokter itu keliling mencari anak-anak yang mau di sunat. Giliran pertama adalah teman saya yang namanya Gopal Adya Ariska, waktu itu saya menunggu di rumah saja karena rumah saya dan Gopal ini tetangga, Gopal sudah selesai karena waktu itu saya ada keperluan sedikit, rumah saya terlewat dan menuju ke rumah teman saya yang bernama Egi Sastra Andika, saya pun pulang ke rumah dan bergegas ke rumah Egi karena bilang Ayah bilang nya disana saja kita sunatnya. Seperti biasa saya sok berani. Saya datang ke rumah teman saya itu dengan Ayah dan Uncu adik terkecil dari ayah saya, pas datang di rumah teman saya itu saya langsung melihat pemotongan anu-anunya dan lagi saya drop sekali melihat itu belum selesai Egi di sunat aku sudah menangis melihat karena takut.
Waktu itu Ayah saya sangat marah,
"sudah 2 kali kamu tidak jadi di sunat"
saya hanya menangis,
"kalau kamu tidak juga besok tidak sunat tidak usah kamu pulang lagi kerumah"
saya sangat takut dengan itu.
Uncu saya pun merayu untuk besoknya disunat di rumah dokter saja biar tidak sakit, dengan itu saya langsung percaya kalau sunat di rumah dokter itu tidak sakit.
Esok harinya saya pergi ke rumah dokter untuk di sunat bersama uncu.
Waktu di rumah sakit saya pun langsung bergegas naik tempat tidur dan siap-siap.
Saya hening melihat ke atas ruang dokter itu menunggu dokter mempersiapkan alat-alat. Tidak terasa ada yang menusuk terasa agak sakit seperti gigitan semut 2 kali, saya tidak mau melihat kebawah. Dokter tersebut lalu mengajak berbicara,
"kamu kan yang dulu tidak pernah jadi disunat"
saya hanya terdiam, karena malu kok dokter ini nanya-nanya ini
"oya kamu sekolah dimana"
mulailah modus dokter waktu sunat keluar
"saya sekolah di SD 46"
"siapa rangking 1 di kelas kamu"
"Haulia Dwi Putri"
"iya sudah ini sudah selasai, ujungnya di bungkuskan saja ya"
dalam pikiran saya sudah cepat sekali bagus dari dulu saya sunatnya
"ini ujungnya bisa di goreng untuk sambal di rumah hahahaha"
gurawan dokter tersebut.
Saya terasa menjadi lelaki sempurna sudah sunat ini.
Tapi ada lagi sensara nya kalau banyak sekali yang tidak bisa dimakan, makan ini tidak boleh, makan itu tidak boleh.
Begini lah pengalaman sunat ter manis hidup saya, manis-manis pahit. kalau misalnya saya pengalaman sunat ter manis ini terulang kembali, DEMI TUHAN saya tidak mau kalau di sunat 2 kali apa jadinya di sunat 2 kali. APA JADINYA????
Follow : @Iit_pranata
Maaf tidak ada photo yang disunat soalnya belum punya hp waktu SD.
Kalau saya sih orangnya agak pemberani tidak takut di sunat, aah sunat itu kecil cuman di potong anu-anu nya saja. Dan saya orang yang agak pemberani alias penakut. saya sih bukan karena saya di takut kan tapi pertama.
Waktu saya sunat pertama di rumah waktu kelas 1 SD karena saya orangnya penasaran saya akan mencoba sunat itu bagaimana.
Waktu itu saya mau rasanya disunat dan saya ditanya sama orang tua, "bagaimana kita besok sunat, enak loh disunat " saya angguk-angguk saja. karena teman-teman saya belum ada yang disunat, dalam pikiran saya nanti orang pertama disunat di antara teman-teman saya itu suatu ke banggan.
Besok harinya, pagi nya saya sangat semangat dengan sunat hari ini, karena biasanya tradisi di desa saya kalau sunat di rumah saja. Sambil menunggu siang menjelang sore, saya menunggu dokter untuk ke rumah. Dokter yang di panggil kemarin datang juga waktu itu masih tenang-tenang saja, dokter lagi mempersiapkan alat-alat untuk sunat. Detik-detik ini membuat saya grogi tidak tau karena apa dan pandangan dokter dengan saya sangat lain, saya tau apa yang akan dokter bilang dengan saya. Ada 2 kemungkinan dokter ini mau bilang apa :
1. "baik lah sekarang sudah siap tolong buka celananya"
2. "jangan takut, sebentar saja ini tidak akan sakit"
kata-kata itu saja yang ada di dalam pikiran saya, dokter akan mengucapkan kata-kata "nak tolong ambil air 1 ember" ternyata tebakan saya salah, saya pun menuju ke kamar mandi. Sesudah menuju ke kamar mandi dengan membawa 1 ember air, saya menuju ke ruang tengah tempat saya akan di sunat. disana lah saya mulai terasa panik dan jantung saya drop saya melihat banyak sekali tetangga yang di ruang tengah itu. Ini bukan acara untuk di tonton, pada saat itu lah saya takut. Banyak sekali saya mendengar ucapan-ucapan yang menakuti saya. Waktu itu saya mulai merasa sangat takut, dan dokter mau mulai mengambil jarum suntik dan di isi cair yang di nama kan bius. Dokter mengetes jarum suntik itu dengan cara menekan jarum suntik dengan menghadap ke atas, dokter itu berkata " siap " dan saya pun menangis ketakutan se kencang-kencangnya dan ada pula yang memegang kaki saya untuk di tahan. Dengan itu saya melawan, menendang, dan menangis semampu saya. Dengan itu dokter itu mengatakan nampaknya anak ini belum bisa di sunat. saya pun senyum-senyum dalam hati biar orang tidak tahu saya lagi merasa sangat senang.
Dengan kejadian itu liburan semester 1 waktu kelas 2 SD saya tidak jadi di sunat. Hari demi hari telah berlalu hari ramadan pun datang ada sanak keluarga saya dari kuala tungkal pulang kampung namanya Ari Davidson, dia adalah abang dari keluarga nenek dari ayah bisa di bilang sepupu. karena waktu itu bang David itu tidak salah ramadan ini akan mengadakan sunatan untuk pulang kampung ini, sebelumnya saya tidak tahu kalau ramadan ini bang david akan sunat. Tibalah hari bang David akan sunat, nenek saya juga mengajak saya untuk sunat pada hari itu, karena biar tidak di bilang penakut saya katakan saja.
"cucu sekalian saja sunatan sama bang David ya, tenang saja biar nenek bayar sunat kamu tinggal duduk masin saja"
"iya nenek, nenek bayar kan"
Waktu itu saja juga di suruh untuk tidur di rumah nenek, karena malamnya saya di suruh untuk berenang karena malam ramadan kan rami banyak teman dan di kasih uang jajan, saya berpikir ini pasti modus. Esok pagi saya sengaja untuk bangun pagi-pagi karena saya akan melakukan misi yang sangat berat. Misinya adalah kabur dari rumah nenek dan sore pulang lagi kerumah nenek. Misi saya pun berhasil dan saya duduk di rumah teman, di rumah teman saya akan merangkai kata-kata untuk pulang nanti biar pulang nanti tidak ada yang marah.
Alasan saya nanti kalau ditanya seperti ini.
"cucu kemana saja tadi kok tidak ada dirumah"
"maaf nek saya tadi main sama teman, lagi asik-asik jadi lupa bagaimana bang David nek sudah di sunat"
itu lah modus yang akan saya keluar kan, sampai di rumah suasana hening tidak ada satu pun suara di rumah, di lihat di ruang dekat tv nampak bang David sedang tidur. Di dapur tidak ada satu pun ada orang mungkin nenek pergi ke pasar, mak wo juga tidak ada di rumah, tidak salah mak wo pergi kemana tidak tau bilang nya kemarin. mak wo ibunya bang David, sambil menunggu orang pulang dari rumah sambil nonton tv. saya mendengar ada orang yang membuka pintu mungkin nenek atau mak wo pulang, saya langsung bergegas untuk pura-pura tidur. Biar nanti nya tidak di kena marah. Dengan pura-pura nya saya tidur, saya pun tertidur pulas dan sampai nya terbangun jam 7 malam, saat itu saya tidak akan mengungkit kan masalah tenang sunat saat itu tidak ada yang satu pun mulut yang membahas tentang sunat.
Sudah 2 kali tidak pernah jadi sunat, hari-hari terus berlalu sampai lah untuk liburan untuk semester 2 kelas 2 SD, saat itu saya juga bersujud syukur alhamdulilah saya naik kelas ke kelas 3 SD, pada semester 2 itu banyak teman yang mengadakan sunat. Waktu itu saya yakin akan mengadakan sunat, saya dan teman-teman mengadakan sunat bersama-sama tapi bukan di satu tempat tapi sunat di rumah sendiri, berarti dokter itu keliling mencari anak-anak yang mau di sunat. Giliran pertama adalah teman saya yang namanya Gopal Adya Ariska, waktu itu saya menunggu di rumah saja karena rumah saya dan Gopal ini tetangga, Gopal sudah selesai karena waktu itu saya ada keperluan sedikit, rumah saya terlewat dan menuju ke rumah teman saya yang bernama Egi Sastra Andika, saya pun pulang ke rumah dan bergegas ke rumah Egi karena bilang Ayah bilang nya disana saja kita sunatnya. Seperti biasa saya sok berani. Saya datang ke rumah teman saya itu dengan Ayah dan Uncu adik terkecil dari ayah saya, pas datang di rumah teman saya itu saya langsung melihat pemotongan anu-anunya dan lagi saya drop sekali melihat itu belum selesai Egi di sunat aku sudah menangis melihat karena takut.
Waktu itu Ayah saya sangat marah,
"sudah 2 kali kamu tidak jadi di sunat"
saya hanya menangis,
"kalau kamu tidak juga besok tidak sunat tidak usah kamu pulang lagi kerumah"
saya sangat takut dengan itu.
Uncu saya pun merayu untuk besoknya disunat di rumah dokter saja biar tidak sakit, dengan itu saya langsung percaya kalau sunat di rumah dokter itu tidak sakit.
Esok harinya saya pergi ke rumah dokter untuk di sunat bersama uncu.
Waktu di rumah sakit saya pun langsung bergegas naik tempat tidur dan siap-siap.
Saya hening melihat ke atas ruang dokter itu menunggu dokter mempersiapkan alat-alat. Tidak terasa ada yang menusuk terasa agak sakit seperti gigitan semut 2 kali, saya tidak mau melihat kebawah. Dokter tersebut lalu mengajak berbicara,
"kamu kan yang dulu tidak pernah jadi disunat"
saya hanya terdiam, karena malu kok dokter ini nanya-nanya ini
"oya kamu sekolah dimana"
mulailah modus dokter waktu sunat keluar
"saya sekolah di SD 46"
"siapa rangking 1 di kelas kamu"
"Haulia Dwi Putri"
"iya sudah ini sudah selasai, ujungnya di bungkuskan saja ya"
dalam pikiran saya sudah cepat sekali bagus dari dulu saya sunatnya
"ini ujungnya bisa di goreng untuk sambal di rumah hahahaha"
gurawan dokter tersebut.
Saya terasa menjadi lelaki sempurna sudah sunat ini.
Tapi ada lagi sensara nya kalau banyak sekali yang tidak bisa dimakan, makan ini tidak boleh, makan itu tidak boleh.
Begini lah pengalaman sunat ter manis hidup saya, manis-manis pahit. kalau misalnya saya pengalaman sunat ter manis ini terulang kembali, DEMI TUHAN saya tidak mau kalau di sunat 2 kali apa jadinya di sunat 2 kali. APA JADINYA????
Follow : @Iit_pranata
Maaf tidak ada photo yang disunat soalnya belum punya hp waktu SD.
Comments
Post a Comment