Ini cerita aku mana cerita kamu
Hari demi hari telah berlalu semenjak saya kecil sampai saat
ini, sekarang saya telah menginjak usia 19 tahun kuliah di universitas
bengkulu. Asli saya orang jambi, kerinci nama saya Iit Pranata disini saya akan
menceritakan kisah hidup saya dari mulai saya kecil sampai sekarang yang belum
cukup matang untuk menghadapi hidup yang seperti warna hitam, putih, merah,
hijau dan lain-lain, di dalam cerita ini saya akan menceritakan pengalaman yang
termanis, terpahit saya seperti warna-warna kehidupan, seperti saya pernah
sunat tidak pernah jadi, waktu belita pernah tulang bahu bergeser gara-gara
jatuh dari sopa dan lain-lain.
Cerita ini saya mulai dari saya kecil dulu saya kecil adalah
orang yang bisa di bilang pemalu dan penangis yang selalu menangis kalau
sesuatu yang membuat saya menjadi sedih, menurut saya wajar saya kecil dulu
suka menangis soalnya selalu dimana selalu di sayang. Karena adalah cucu
pertama dari kakek dan nenek dari ibu saya selalu di sayang.
Waktu saya masih belita saya pernah mendengar cerita dari
orang-orang sekitar rumah nenek saya, dulu saya dan keluarga masih tinggal di
rumah kakek saya. Pada tahun 1995 saya menginjak usia setangah tahun saya lahir
26 desember 1994, terjadilah gempa yang berkekuatan tinggi saya kurang tahu
betul berapa kekuatannya yang saya dapat ceritakan hanya cerita angin berlalu
saja. Pada waktu gempa saya pernah jatuh dari sopa atau dari tempat tidur waktu
gempa itu terjadi, saya di periksa dan saya mengalami patah tulang bahu atau
bergeser tulang bahu. Saya juga mendengarnya sangat mengerikan pada umur sangat
belia saya mengalami bergesernya ulang bahu sebelah kiri, alhamdulilah sampai
sekarang tidak ada yang terjadi yang berbahaya dengan tulang bahu saya sampai
sekarang.
Itu cerita saya masih belita, dan setelah tahun demi tahun saya telah menginjak usia belita banyak pengalaman dan cerita yang saya lupa, saya sanagat mengingat pengalaman yang menurut saya itu adalah pengalaman termanis saya. Saya masih usia-usia belita saya pernah takut saya ayah saya sendiri karena ayah saya pulangnya setahun 1 kali pada hari lebaran atau ramadhan ceritanya seperti ini.
Itu cerita saya masih belita, dan setelah tahun demi tahun saya telah menginjak usia belita banyak pengalaman dan cerita yang saya lupa, saya sanagat mengingat pengalaman yang menurut saya itu adalah pengalaman termanis saya. Saya masih usia-usia belita saya pernah takut saya ayah saya sendiri karena ayah saya pulangnya setahun 1 kali pada hari lebaran atau ramadhan ceritanya seperti ini.
Pada waktu itu ramadhan telah datang kalau bisa dikatakan
besok telah ramadhan dan ayah saya pulang kampung karena mencari nafkan dari
negara tetangga atau negara sebrang Malaysia disana. Nama ayah saya Mat Jamin
dan hari ramadhan pun telah dilaksanakan ayah saya pun telah pulang dari
mencari nafkan biasanya ayah saya pulangnya samapai dirumah sekitar selesai
magrib, saya belum berada di rumah pada waktu itu saya pergi mengaji, saya pun
pulang dari mengaji dan sampai dirumah sampai dirumah saya langsung di sambut
sama ibu saya yang kelihantan sangat senang karena ayah saya telah pulang dari
Malaysia, saya melihat dari ruang tamu, dapur tidak ada kelihatan ayah saya,
dan saya beranjak ke lantai 2 rumah saya, saya melihat ayah saya sedang lagi
istirahat, entah kenapa saya merasa dek-dekkan mungkin karena jarang melihat
saya saya. Dari kecil saya hanya ketemu 1 tahun sekali. Sampainya di dekat ayah
saya, ayah langsung merangkul dan saya langsung menangis ketakutan dan langsung
merontak menolak rangkulan dari ayah, dan ibu pun selesai sholat dan langusung
menenangkan saya yang takakutan mungkin gara-gara ayah kumisnya tebal mungkin
ya,, ahahahahah. Mungkin kecapean menangis saya rasanya sangat lelah dan
telelap, besoknya saya terbangun dari itu ayah masih tertidur di samping saya,
dan ibu pagi-pagi ke pasar untuk beli alat daput untuk sarapan pagi. Waktu itu
saya sangat merasa takut karena ada ayah
di samping saya, dan saya bergegas keluar kamar dan langsung ke bawah
dan menuju pintu sampai disana saya melihat pintu terkunci dan sangat takut
langung menangis karena ketakutan karena kesal ibu tidak ada dirumah dan saya
merobek buku-buku poster-poster belajar dan terus menangis, ibu pun pulang dari
pasar dan langsung ke tempat saya.
“kenapa menangis iit”
(saya masih menangis dan masih tidak menjawab)
“Kenapa”
“saya takut ibu”
“jangan takut iit, itukan ayah kamu jangan menangis lagi
sana mandi”
“.......(terdiam)”
Besoknya saya mulai akrap sama ayah mungkin dengan rayuan
dan tipuan dengan uang jajan mungkin ya, soalnya lupa.. hahah biasa masih
merasa enak kalau belanja banyak-banyak dab seterusnya saya mulai akrap.